Pada Selasa pagi, 9 Juli 2025, Koordinator Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Fakultas FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS) menyelenggarakan sebuah webinar nasional bertajuk “Penyusunan Proposal Hibah Luar Negeri dan Etika Penelitian”. Kegiatan ini dilaksanakan secara daring melalui platform Zoom dan diikuti oleh dosen serta peneliti dari berbagai institusi pendidikan tinggi di Indonesia. Acara ini menghadirkan narasumber utama, Prof. Dr.rer.pol. Heri Kuswanto, M.Si, seorang akademisi dan peneliti berpengalaman dalam pengelolaan hibah dan proyek kolaborasi internasional.
Webinar dibuka pukul 08.00 WIB oleh panitia pelaksana, disertai sambutan pembuka dan lagu kebangsaan Indonesia Raya sebagai simbol nasionalisme akademik. Dalam pengantarnya, pihak panitia menegaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk membekali para dosen dengan pengetahuan praktis dalam menyusun proposal hibah luar negeri serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya etika dalam penelitian ilmiah.
Prof. Heri Kuswanto dalam pemaparannya menekankan pentingnya mengangkat isu lokal yang khas Indonesia sebagai nilai jual utama dalam proposal hibah luar negeri. Ia menyebut bahwa topik seperti bencana alam, perubahan iklim ekstrem, hingga rendahnya kesadaran masyarakat terhadap mitigasi risiko merupakan materi yang sangat relevan dan diminati oleh komunitas riset global. “Orang luar negeri itu akan sangat senang jika kita membawa sesuatu yang khas dari Indonesia,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan struktur umum proposal hibah internasional, yang menurutnya tidak serumit proposal nasional. Fokus utama lebih diarahkan pada latar belakang, metodologi, tujuan riset, serta expected outcomes dan milestone realistis. Ia memberikan contoh riil dari proposal yang pernah disetujui dan menjelaskan bagaimana pelaporan dilakukan secara periodik, biasanya per kuartal, namun dengan sistem yang lebih longgar dibandingkan pendanaan dalam negeri.
Topik lain yang disorot adalah penggunaan kecerdasan buatan seperti ChatGPT. Prof. Heri menyampaikan bahwa penggunaan AI diperbolehkan selama tidak menggantikan ide orisinal peneliti. AI dapat digunakan untuk membantu dalam aspek redaksional dan struktur narasi, namun gagasan inti tetap harus berasal dari penulis. “Asal prompt-nya jelas dan konteksnya kuat, sangat kecil kemungkinan dianggap plagiarisme,” tegasnya.
Dalam sesi tersebut, ia juga mendorong peserta untuk menjalin kolaborasi dengan peneliti asing, serta membagikan pengalamannya dalam membangun jejaring lintas negara. Bahkan, Prof. Heri menyatakan kesediaannya untuk membantu peserta menjembatani komunikasi dengan mitra luar negeri, apabila ide riset yang ditawarkan cukup kuat dan kontekstual.
Dari sisi penganggaran dan etika, ia menyoroti pentingnya Full-Time Equivalent (FTE) serta menyusun justifikasi honor secara proporsional. Ia juga menyinggung hambatan birokrasi seperti ethical clearance yang kadang menjadi tantangan dalam proses administrasi, terutama di tingkat nasional seperti BRIN. Meskipun demikian, ia tetap menekankan pentingnya mengikuti regulasi pemberi hibah secara ketat.
Webinar ini berlangsung secara interaktif dengan sesi tanya-jawab yang dinamis. Antusiasme peserta menunjukkan bahwa tema yang diangkat sangat relevan dengan kebutuhan dan tantangan akademik saat ini. Melalui kegiatan yang diselenggarakan oleh KPPMF UNS ini, para dosen dan peneliti diharapkan terdorong untuk membuka peluang riset internasional secara aktif, inovatif, dan tetap beretika.


